Pages

Saturday, September 18, 2010

IMF: Indonesia Masih Digerogoti Korupsi

VIVAnews - Korupsi, masih lemahnya tata kelola pemerintahan serta ketidapastian hukum masih menjadi hambatan utama bagi Indonesia untuk memperbaiki ekonominya. Itulah sebabnya, dibanding negara-negara lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum optimal.

Demikian menurut laporan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF), yang dipublikasikan Kamis 16 September 2010 waktu Washington DC. Dalam laporan setebal lebih dari 100 halaman, IMF menyarankan Indonesia untuk memperbaiki hambatan-hambatan tersebut - terutama dalam memerangi korupsi - bila ingin tampil sebagai salah satu negara yang memiliki kinerja ekonomi yang terbaik.

Menurut IMF, potensi ke arah itu sudah ada. "Sebagai salah satu ekonomi terbesar se-Asia Tenggara, Indonesia pada 2009 mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 persen. Ini merupakan pertumbuhan tercepat ketiga di antara negara-negara anggota Kelompok 20 (G-20) dan pertumbuhannya bisa kian pesat di tahun-tahun mendatang," demikian laporan IMF dalam situs resminya.

Namun, para investor asing - dibutuhkan untuk mendanai ekspansi ekonomi Indonesia sebagai salah satu kekuatan di Asia - masih bersikap waspada hingga ada langkah-langkah lebih lanjut dalam memerangi korupsi dan memperbaiki aturan hukum.

Menurut IMF, Indonesia dipandang berhasil pulih secara cepat dari krisis global 2008 berkat respon yang tegas dan sukses, yang ditunjang reformasi struktural dan kebijakan yang baik.

"Namun, keprihatinan atas lemahnya penegakan aturan hukum, transparansi, dan isu-isu lain menyangkut tata kelola pemerintahan memberi pengaruh besar bagi persepsi pasar. Maka respon atas kelemahan-kelemahan itu harus menjadi prioritas," demikian laporan IMF.

Lembaga kreditur terkemuka itu melihat Indonesia masih mengalami kendala dalam mempertahankan stabilitas keuangan dan mengembangkan sistem keuangan - terutama yang terkait dengan pengawasan dan pembangunan sektor non-perbankan.

Maka, kendati punya potensi besar untuk berkembang dengan mengandalkan basis konsumen yang besar dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain di sektor moneter, dalam arti peran di sektor itu bagi ekonomi.

Tidak heran bila situasi itu menimbulkan keraguan banyak investor asing. Bahkan, individu-individu Indonesia masih memilih menyimpan tabungan mereka di luar negeri.

IMF juga memuji Indonesia atas keberhasilannya bangkit dari krisis moneter Asia 1997-98. Saat itu, Indonesia terpaksa meminjam US$43 miliar dari IMF pada 1998 dengan disertai sejumlah syarat yang sangat berat. Pada 2003, Indonesia melunasi semua utang darurat IMF.

• VIVAnews

No comments:

Post a Comment