Berita unik, all about ac milan, all about United, Musik, Humor, kesehatan,Life Style, Moto gp, religi, video, Movie DLL
Labels
- LIFE STYLE (6)
- MUSIK (299)
- all about ac milan (178)
- all about man united (198)
- cerpen (2)
- edukasi (8)
- flora fauna (3)
- game (1)
- green world (1)
- hukum (2)
- humor (34)
- indonesia (18)
- internasional (10)
- jagat unik (2)
- kesehatan (43)
- manajemen qolbu (13)
- motogp (5)
- movie (55)
- musik religi (5)
- nusik religi (2)
- olahraga (2)
- otomotif (20)
- pernik (2)
- puisiku (40)
- religi (97)
- sains (3)
- sejarah (28)
- sepakbola (79)
- tekno (10)
- telekomonikasi (15)
- video (265)
- विडियो tausiya (14)
Thursday, September 2, 2010
Liputan6.tv :: Gigi-Amnesia ::
Liputan6.tv :: Young Band - I Swear I Love You ::
Young Band - I Swear I Love You ::
Buang Ibra, Barca Hemat 690 Miliar

Liputan6.com, Barcelona: Salah satu kejutan yang dilakukan Barcelona di bursa transfer musim panas 2010 adalah dengan “membuang” striker Zlatan Ibrahimovic ke San Siro Stadium, markasnya AC Milan. Padahal, sampai deal resmi dikonfirmasi, agen Ibra menegaskan jika masa depan kliennya bakal tetap berada di Nou Camp. Baru ketika pemain yang bersangkutan membocorkan pertikaiannya dengan bos Barca Pep Guardiola, publik mulai yakin Ibra bakal tampil dengan kostum baru.
Dalam kontrak peminjaman selama semusim penuh itu, Los Blaugrana menyisipkan klausul dimana Rossoneri mempunyai opsi untuk mengubah status penyerang Timnas Swedia berusia 28 tahun itu menjadi permanen dengan fee sebesar 24 juta euro atau sekitar Rp 276 miliar. Di mata Barca, deal transfer Ibra merupakan satu keuntungan besar. Mengapa?
Menurut Wakil Presiden Barca, Josep Maria Bartomeu, keputusan mendepak Ibra justru bakal menghemat pengeluaran kas klub sampai 60 juta euro atau sekitar Rp 690 miliar. Tidak hanya itu saja, andai Milan benar-benar memermanenkan status Ibra, Los Blaugrana bakal mendapatkan penerimaan tambahan sebesar 24 juta euro.
“Kami sangat gembira dan senang jika segala sesuatunya (soal deal Ibra) berjalan dengan baik dan sesuai dengan keinginan kami sendiri. Dengan tuntasnya transfer tersebut, kami menghemat 60 juta euro dan dimungkinkan menerima dana tambahan sebesar 24 juta euro,” tutur Maria Bartomeu dalam konferensi persnya di Nou Camp, Rabu (2/9).
Lebih jauh, Bartomeu memberi klarifikasi, dalam kontrak peminjaman, selama semusim Milan bakal membayar penuh gaji Ibra dan pajaknya. Namun, Barca tetap berkomitmen untuk membayar fee atau komisi sebesar 10 persen dari gaji tahunan Ibra kepada agennya, Mino Raiola, sesuai dengan kontrak rekrutmen Ibra yang diteken pada 27 Juli 209.
Menyimak pernyataan Bartomeu, artinya, gaji Ibra di Nou Camp mencapai 12,5 juta euro per musim. Hal itu didapat dari besarnya penghematan (60 juta euro) dibanding durasi kontrak Ibra yang tersisa yaitu selama empat musim. Pun, dapat diketahui jika Raiola bakal mendapatkan fee sebesar 1,25 juta euro.
Sementara itu, Direktur Sport Klub Andoni Zubizarreta memberi konfirmasi rekrutmen gelandang Liverpool Javier Mascherano dengan fee 20 juta euro. Deal ini pun diklaim Barca sebaga
Cerobong Asap di Dasar Laut Sangihe

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Indonesia Ekspedisi Sangihe Talaud atau Index/Satal 2010 kerja sama Indonesia-Amerika Serikat berhasil mengidentifikasi sebagian temuannya. Di antaranya, di kedalaman sekitar 2.000 meter ditemukan cerobong gunung api bawah laut yang bersuhu 300-400 derajat celsius.
Ekspedisi itu dimulai awal Juli 2010 dan direncanakan berlangsung sampai 10 Agustus 2010.
Kegiatan tersebut melibatkan 32 ilmuwan Indonesia dan 12 ilmuwan Amerika Serikat yang menganalisis hasil-hasil eksplorasi bawah laut dengan kapal riset Okeanos Explorer melalui Pusat Komando Penelitian di kantor Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan di Ancol, Jakarta Utara, serta di Seattle, Amerika Serikat.
"Di perairan Sangihe Talaud ada aktivitas vulkanik, tetapi belum diketahui hingga kini seberapa aktif," kata Ketua Tim Periset Indonesia dalam Index/Satal 2010 Sugiarta Wirasantosa, ketika dihubungi di Jakarta, Minggu (11/7/2010).
Kandungan larutan bersuhu tinggi dari perut bumi itu mengandung mineral, logam, dan gas, yang dipengaruhi suhu air laut dalam yang mencapai 2-4 derajat celsius. Hal ini menimbulkan aliran larutan dari perut bumi itu memperoleh pendinginan mendadak.
Ekosistem tersendiri
Menurut Sugiarta, pendinginan mendadak itu menimbulkan endapan yang akhirnya membentuk lapisan cerobong. Air laut di sekitarnya pun menjadi tidak terlampau dingin atau tidak terlampau panas sehingga menjadi ekosistem tersendiri dan bisa menjadi habitat bagi biota-biota laut tertentu.
"Dari pengambilan gambar dengan kamera video bawah laut dalam, diperoleh gambar biota berbagai jenis, mulai dari cacing-cacingan, udang, kepiting, dan ikan yang semua berwarna sangat mencolok," katanya.
Belum mampu
Secara terpisah, Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Soeharsono mengatakan, pertemuan lempeng kerak bumi menimbulkan gunung api bawah laut. Ini terjadi tidak hanya di bagian utara Pulau Sulawesi, tetapi juga di lokasi lain di Indonesia.
"Selama ini kita belum mampu mengeksplorasi pengetahuan tentang laut dalam. Wilayah-wilayah perairan di utara Papua, selatan Sulawesi, atau di Laut Banda, Maluku, misalnya, tak akan jauh beda dengan Sangihe Talaud yang kini sedang dieksplorasi dengan kapal riset Okeanos Explorer milik Amerika Serikat tersebut," kata Soeharsono.
Aktivitas gunung api bawah laut, menurut Soeharsono, juga ada di perairan dangkal. Ia menyebutkan, di wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat, malah terdapat aktivitas gunung api bawah laut dengan kedalaman 100-200 meter. Namun, eksplorasi ilmu pengetahuan tentang itu masih sangat sedikit.
Soeharsono mengatakan, sekitar tahun 2003 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah bekerja sama dengan Australia untuk mengidentifikasi gunung api bawah laut di Sangihe Talaud. Pada waktu itu ditemukan kandungan larutan yang keluar dari perut bumi, kemudian membentuk cerobong-cerobong itu. Di antaranya ternyata mengandung emas.
Mikroba Asal Papua Jadi Pupuk "Beyonic"

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berhasil mengisolasi mikroba pilihan dan memberdayakannya menjadi pupuk unggulan yang disebut beyonic. Peluncuran pupuk organik ini dilakukan di Kawasan Cibinong Science Center Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia oleh Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, Sabtu (30/1).
Mikroba yang telah teruji itu berguna untuk mengubah lahan pertanian menjadi lebih baik.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Endang Sukara mengatakan, penggunaan pupuk organik dapat mengurangi penggunaan pupuk sintetis serta pestisida dan herbisida. Keuntungan lain adalah mengurangi biaya produksi dan emisi CO dari pabrik pupuk. Pemerintah memperkirakan kebutuhan pupuk organik pada tahun 2010 mencapai sekitar 11,75 juta ton.
Beyonic adalah pupuk organik yang dipadukan dengan mikroba koleksi LIPI berupa konsorsium yang mampu mengatasi masalah pertanian setempat dan berproduktivitas tinggi. Saat ini koleksi mikroba LIPI, ujar Endang, telah mencapai sekitar 20.000 jenis, sekitar 4.000 mikroba telah teridentifikasi kemampuan unggulnya.
”Mikroba yang telah teruji itu berguna untuk mengubah lahan pertanian menjadi lebih baik,” kata Heddy Sulistyo, peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Teknologi beyonic diharapkan dapat mengantisipasi dampak perubahan iklim pada lahan kering dan dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Ditambahkan Sri Widiati, peneliti Puslit Biologi LIPI, konsorsium mikroba yang digunakan pada beyonic, antara lain, berasal dari Kawasan Penelitian Biologi LIPI di Wamena, Papua. Di Wamena, 16 mikroba unggulan untuk pengembangan pupuk organik bisa diisolasi. (YUN)
FENOMENA "Bulan Kembar" di Pertengahan Ramadhan
JAKARTA, KOMPAS.com — Langit malam pertengahan bulan, 16 Ramadan 1431 H yang jatuh pada hari Kamis (26/8/2010) dihiasi fenomena astronomis yang unik. Dari sekitar Jakarta, cuaca sangat cerah sehingga bulan purnama kelihatan begitu terang, apalagi ditemani kerlap-kerlip bintang dan planet.
Ada yang berbeda malam ini. Selain munculnya bulan penuh, hanya sehari usai purnama kemarin, seperti setiap tengah bulan hijriah lainnya, langit malam beberapa minggu ini juga dihiasi planet-planet yang tergolong sangat terang, seperti Yupiter dan Venus. Kedua planet yang tergolong paling terang di antara planet dan bintang di langit muncul bergantian menemani terangnya bulan.
Fenomena tersebut pantas dijuluki "bulan kembar" meski bulan purnama tentu jauh lebih terang dari planet-planet itu. Andai kebetulan langit cerah dan tak tertutup awan tebal, tak lama setelah Matahari terbenam di ufuk barat, langit malam berganti dihiasi terangnya bulan purnama di timur. Di barat, Venus menampakkan cahayanya yang saking terangnya sampai dijuluki sang bintang Kejora.
Venus tak muncul lama karena ia hanya ada sekitar 90 menit sebelum tenggelam. Namun, tak lama kemudian, dari ufuk barat terbit Planet Yupiter sekitar pukul 20.45 saat jaraknya hanya sekitar 6 derajat di bawah bulan.
Jarak rata-rata Yupiter dan Bulan tampak kira-kira hanya setengah kepalan tangan saja. Keduanya akan bergerak selaras ke arah barat dan bisa dilihat sepanjang malam sampai waktu sahur sekitar pukul 03.00, Jumat (27/8/2010).
Malam ini Yupiter yang merupakan planet terbesar di tata surya memang terlihat lebih terang. Saat ini kebetulan planet tersebut sedang di posisi perihelium, jarak terdekat dengan Matahari, sehingga terlihat lebih besar dari Bumi.
Dibanding saat aphlium atau jarak terjauh dengan Matahari, yang terjadi tahun 2005, ukurannya terlihat 11 persen lebih besar dan tingkat keterangannya sampai 1,5 kali lipat dilihat dari Bumi.
Tentu fenomena tersebut hanya kebetulan terjadi pada bulan Ramadan kali ini. Namun, keunikan tersebut tentu pantas diamati meski sekadar disaksikan sekilas saja untuk mengingatkan kita terhadap kebesaran Sang Pencipta. Apalagi kalau Anda punya teleskop, peristiwa ini tentu haram dilewatkan. (Space.com)
Kain Kafan Mama Loreng
Kain Kafan Mama Loreng
Jumat, 20 Agustus 2010 | 01:56 WIB
kristikislami.blogspot.com
ilustrasi
Cerpen Sam Edy Yuswanto
“Ibu? Paaak, liat ibu nih, Pak!” Siti terpekik begitu melihat wajah ibu menyembul berurai mata di televisi sembari memotong-motong kain berwarna putih.
Bapak yang sedang membersihkan cangkul di dapur tergopoh keluar.
“Ada, apa, Ti. Ibu udah pulang?”
“Pak, lihat, ibu masuk televisi!” Siti kembali berseru dengan telunjuk menukik ke layar kaca 14 inci.
“Innalillahi wa inna ilaihi ra’jiun, siapa yang ninggal, Ti. Kok? Ibu bisa ada di situ. Masuk tivi pula,” ucap bapak kaget begitu melihat ibu bersama puluhan ibu-ibu dan Mbak-Mbak sedang duduk berkerubung, menyiapkan kain kafan buat membalut seorang perempuan bertubuh gempal usia senja yang terbujur kaku terbalut kain jarik di lantai beralas permadani warna merah.
“Mama Loreng, Pak, si peramal kondang, yang suka didatangi para artis dan pejabat itu,” terang Siti tanpa menoleh, pandangannya tak berkedip menatap kotak ajaib warna hitam setengah meter di depannya.
“Mama Loreng meninggal? Ta… tapi ngapain ibu ikut-ikutan ngelayat ke sana segala?” sergah bapak kesal. Yup! Bapak memang paling benci dengan ulah para peramal yang membludak di negeri ini, yang menurutnya suka menjerumuskan orang-orang pada lembah kesesatan.
“Ya, apa salahnya sih melayat, Pak, kan jadi ikut nebeng terkenal, masuk tivi lagi, ah! Siti jadi nyesel tadi nggak ikutan ibu ke pasar,” ujar Siti masih bergeming dari posisi duduknya. Tadi pagi, memang ibu keluar rumah, pamitnya sama bapak sih mau belanja ke pasar. Tapi, nggak tahu, kenapa hingga sesiang ini ibu belum pulang. Dan, ealaaahh… mengapa tiba-tiba ibu begitu saja tanpa pesan sudah berada di rumah keluarga Mama Loreng?
“Hush! Jaga omonganmu, Ti. Melayat sih boleh saja, tapi liat-liat dulu siapa yang meninggal,” bapak mendengus kesal.
“Assalamu’alaikuum,” suara Ida, Mbak-nya Siti baru pulang dari kampus.
“Wa’alaikumussalaam,” balas bapak dan Siti nyaris bersamaan.
“Wah, lagi pada nonton berita apa, nih, kompak banget kayaknya?” kata Ida.
“Mbak, liat deh, ibu masuk tivi!” seru Siti semangat.
“Apa? Ibu masuk tivi?” Ida langsung membesarkan kedua matanya dan lekas duduk menjejeri adiknya. Menit selanjutnya…
“Astaghfirullah! Ibu ikutan ngelayat Mama Loreng?” pekik Ida.
***
Bapak menatap ibu yang baru pulang dari ngelayat almarhumah Mama Loreng dengan tatapan menyiratkan kekesalan. Sementara ibu malah tersenyum-senyum, entah apa yang dipikirkannya. Pulang ngelayat kok malah riang amat wajah ibu, batin Siti dengan tatapan heran penuh selidik.
“Bu, ibu tadi masuk tivi, iih ibu, Siti jadi nyesel deh tadi nggak ikutan ibu ke pasar,” sambut Siti heboh.
“Apa? Masuk tivi? Ja… jadi kalian semua sudah tahu kalo ibu habis melayat ke rumah Mama Loreng?” balas ibu antusias dengan gurat bangga tak percaya.
“Ngapain sih, ibu ikutan ngelayat ke sana segala? Kurang kerjaan saja. Kalo saja aku tahu kamu mau ke sana, tak bakalan aku kasih ijin!” kata bapak ketus.
“Eeeh, orang ngelayat kok malah dilarang, bapak ini gimana sih. Mama Loreng itu kan muslim, seperti kita, Pak. Lagian, tadi ibu kan nggak sengaja ke sana. Pas lagi belanja sayur, ibu-ibu pada heboh ngabarin kalo Mama Loreng meninggal dan pada berbondong ke sana, kebetulan kan arah rumah almarhumah Mama Loreng nggak begitu jauh dari pasar, jadi ya, kesempatan kan buat ikutan ngelayat, siapa tahu ikutan ketiban berkah,” cerocos ibu tanpa merasa ada yang salah dengan ucapannya.
“Apa? Berkah kamu bilang, Bu? Masya Allah, Bu... Istighfar! Bisa syirik kamu nanti..,” guratan shock langsung terlukis di wajah bapak.
Siti hanya membengong melihat perdebatan kedua orangtunya. Ia sangat tahu, kalo bapak ibunya memang berseberangan argumen tentang banyak hal.
“Bu, memang nggak ada masalah kalo ibu kepingin takziah ke sana, toh Ida dengar-dengar almarhumah Mama Loreng seorang muslim, tapi kalo sampai ibu mengharapkan ketiban berkahnya Mama Loreng, itu nggak dibenarkan dalam Islam, Bu,” sahut Ida dengan suara pelan yang langsung keluar kamar begitu mendengar orangtuanya berdebat.
“Tuh! dengerin kata anakmu yang sebentar lagi menyandang gelar sarjana!” Tambah bapak.
Ibu hanya manyun, lalu bergegas ke dapur dengan raut masih menyisakan protes tapi enggan meladeni. Bukannya tak bisa membantah, tapi kalau Ida sudah ikutan ngomong membela bapak, pasti ibu bakal kalah argumen. Siti mengekor langkah ibu. Ida menatap ibu dengan raut prihatin. Sementara bapak masih menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sirat wajah masih memeram kecewa atas tindakan dan jalan pikiran ibu yang sulit diluruskan.
***
“Ja… jadi ini sisa kain kafan Mama Loreng, Bu?” kedua mata Siti membeliak.
“Ssst! Jangan keras-keras ngomongnya, ntar kedengaran bapak sama Mbak-mu, bisa gawat,” bisik ibu sambil menempelkan telunjuknya ke bibirnya sendiri.
“Tapi buat apa, Bu?” Tanya Siti celingukan.
“Eeaalah, buat apa, masak kamu nggak pernah dengar kalo sesuatu yang masih berkaitan dengan Mama Loreng itu bertuah. Bisa dijadikan jimat buat penglarisan usaha warung makan ibu, kamu juga bisa menggunakannya biar bisa dapat jodoh sesuai keinginanmu,” ibu masih berbisik, sementara kedua bola matanya larak-lirik sana-sini, takut kepergok bapak atau Ida.
Siti menatap ibu dengan mata berkerjap-kerjap penuh arti. Sesungging senyum langsung menghias bibirnya.
“Bener, Bu?”
Ibu mengangguk dengan wajah mengguratkan binar. Sementara ibu dan Siti asyik berunding, sepasang telinga tak jauh dari situ, sedang menguliti pembicaraan mereka. 'Aku mesti memusnahkan kain penyebab syirik itu,' gumam gadis berjilbab yang tengah menguping ibu dan adiknya itu.
***
“Ssst! Heh, Siti, bangun!” ibu menggoyang-goyang kasar tubuh Siti yang tengah terlelap pagi itu. Kebiasaan Siti kalo pagi, habis Subuh langsung tidur lagi.
“Apaan sih, Bu, ngantuk nih!” sahut Siti sambil mengucek-ngucek kedua matanya yang masih merah.
“Kamu kemanakan kain itu, sini balikin, cepat!”
“Kain? Memang kainnya….,” Siti melebarkan kedua matanya sembari menarik tubuhnya dari kasur dengan malas.
“Ya, kain itu hilang. Siapa lagi kalo bukan kamu pelakunya. Kan cuma kamu dan ibu yang tahu potongan kain kafan itu. Ayo, sini balikin!” potong ibu sewot.
“Sumpah bukan Siti yang ngambil, Bu!”
“Alaaah, jangan bohong kamu, sini balikin! Kualat nanti kalo kamu bohongin orangtua!” ibu terus memaksa.
“Demi Allah, Siti nggak tahu, Bu!” seru Siti.
“Ssst! Jangan kenceng-kenceng ngomongnya,”
“Ada apa sih, pagi-pagi heboh gitu,” sahut Ida langsung masuk kamarnya Siti.
“Eee..eehh, nggak ada apa-apa, kok, Da,” balas ibu rada gelagapan.
“Ida dengar tadi, ibu lagi nyari kain? Kain yang mana sih, Bu,” tanya Ida pura-pura tak tahu.
“Kain? Ah, salah dengar kamu, Da,” tangkis ibu.
“Oh, ya udah kalo gitu, kirain nyari potongan kain putih yang tadi Ida temukan di kolong meja,” sahut Ida sambil melangkah keluar kamar.
Ibu dan Siti saling pandang tanpa dikomando. Lalu…
“Da, di mana kain itu. Sini serahin ke ibu, itu kain yang ibu cari-cari,” seru Ibu mencegat langkah Ida.
“Lho, katanya tadi ibu nggak lagi nyari kain?” wajah Ida dibuat-buat bego. Padahal batinnya tersenyum geli.
“Udah, sini balikin kain itu,” sergah ibu tak sabar.
“Yaah, terlambat, Bu. Ida pikir tadi itu kain bekas,”
“Maksud kamu…,”
“Kainnya udah Ida buang ke tong sampah, dan kayaknya tadi udah di ambil sama si Bapak tukang sampah keliling itu,”
“Apa?” kedua bola mata ibu melotot, nyaris saja meloncat keluar.
Hanya berselang detik, ibu langsung tergopoh keluar rumah.
“Ibuuu! Mau kemana?” seru Ida heran.
“Ngejar si tukang sampah!”
“Apa?” pekik Ida dengan gurat kejut langsung menghiasi wajahnya. Ia pun terburu menyusul ibu.
***
Kebumen, 20 Mei 2010.
Mengenang Fenomena Mama……….,
Profil Singkat Penulis:
*Sam Edy Yuswanto, lahir di Kebumen 1977. Mahasiswa Tarbiyah STAINU Kebumen, bergiat di FPK (Forum Penulis Kebumen).
*Kegiatan rutin sehari-hari; di depan komputer, memperbanyak jam terbang membaca dan menulis cerpen. Bercita-cita bisa keliling dunia dengan hasil menulisnya (hehehehe).
*Cerpen-cerpennya telah banyak menghiasi media, seperti; Republika, Seputar Indonesia, Pontianak Post, Surabaya Post, Radar Banyumas, Koran Merapi, tabloid Cempaka, Kompas.com dan Annida-online.
*Salah satu cerpennya masuk dalam antologi 12 cerpen pilihan annida-online. Diterbitkan SMG Publishing.
*Cerbung perdananya (Bukan Cinta Manusia Biasa) dimuat secara berseri di annida-online.
*Tulisan lainnya juga telah tersebar di Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Rindang, Misykat, Buletin Forkis dan majalah Community STAINU, Buletin kesehatan dan buletin pesantren
Jumat, 20 Agustus 2010 | 01:56 WIB
kristikislami.blogspot.com
ilustrasi
Cerpen Sam Edy Yuswanto
“Ibu? Paaak, liat ibu nih, Pak!” Siti terpekik begitu melihat wajah ibu menyembul berurai mata di televisi sembari memotong-motong kain berwarna putih.
Bapak yang sedang membersihkan cangkul di dapur tergopoh keluar.
“Ada, apa, Ti. Ibu udah pulang?”
“Pak, lihat, ibu masuk televisi!” Siti kembali berseru dengan telunjuk menukik ke layar kaca 14 inci.
“Innalillahi wa inna ilaihi ra’jiun, siapa yang ninggal, Ti. Kok? Ibu bisa ada di situ. Masuk tivi pula,” ucap bapak kaget begitu melihat ibu bersama puluhan ibu-ibu dan Mbak-Mbak sedang duduk berkerubung, menyiapkan kain kafan buat membalut seorang perempuan bertubuh gempal usia senja yang terbujur kaku terbalut kain jarik di lantai beralas permadani warna merah.
“Mama Loreng, Pak, si peramal kondang, yang suka didatangi para artis dan pejabat itu,” terang Siti tanpa menoleh, pandangannya tak berkedip menatap kotak ajaib warna hitam setengah meter di depannya.
“Mama Loreng meninggal? Ta… tapi ngapain ibu ikut-ikutan ngelayat ke sana segala?” sergah bapak kesal. Yup! Bapak memang paling benci dengan ulah para peramal yang membludak di negeri ini, yang menurutnya suka menjerumuskan orang-orang pada lembah kesesatan.
“Ya, apa salahnya sih melayat, Pak, kan jadi ikut nebeng terkenal, masuk tivi lagi, ah! Siti jadi nyesel tadi nggak ikutan ibu ke pasar,” ujar Siti masih bergeming dari posisi duduknya. Tadi pagi, memang ibu keluar rumah, pamitnya sama bapak sih mau belanja ke pasar. Tapi, nggak tahu, kenapa hingga sesiang ini ibu belum pulang. Dan, ealaaahh… mengapa tiba-tiba ibu begitu saja tanpa pesan sudah berada di rumah keluarga Mama Loreng?
“Hush! Jaga omonganmu, Ti. Melayat sih boleh saja, tapi liat-liat dulu siapa yang meninggal,” bapak mendengus kesal.
“Assalamu’alaikuum,” suara Ida, Mbak-nya Siti baru pulang dari kampus.
“Wa’alaikumussalaam,” balas bapak dan Siti nyaris bersamaan.
“Wah, lagi pada nonton berita apa, nih, kompak banget kayaknya?” kata Ida.
“Mbak, liat deh, ibu masuk tivi!” seru Siti semangat.
“Apa? Ibu masuk tivi?” Ida langsung membesarkan kedua matanya dan lekas duduk menjejeri adiknya. Menit selanjutnya…
“Astaghfirullah! Ibu ikutan ngelayat Mama Loreng?” pekik Ida.
***
Bapak menatap ibu yang baru pulang dari ngelayat almarhumah Mama Loreng dengan tatapan menyiratkan kekesalan. Sementara ibu malah tersenyum-senyum, entah apa yang dipikirkannya. Pulang ngelayat kok malah riang amat wajah ibu, batin Siti dengan tatapan heran penuh selidik.
“Bu, ibu tadi masuk tivi, iih ibu, Siti jadi nyesel deh tadi nggak ikutan ibu ke pasar,” sambut Siti heboh.
“Apa? Masuk tivi? Ja… jadi kalian semua sudah tahu kalo ibu habis melayat ke rumah Mama Loreng?” balas ibu antusias dengan gurat bangga tak percaya.
“Ngapain sih, ibu ikutan ngelayat ke sana segala? Kurang kerjaan saja. Kalo saja aku tahu kamu mau ke sana, tak bakalan aku kasih ijin!” kata bapak ketus.
“Eeeh, orang ngelayat kok malah dilarang, bapak ini gimana sih. Mama Loreng itu kan muslim, seperti kita, Pak. Lagian, tadi ibu kan nggak sengaja ke sana. Pas lagi belanja sayur, ibu-ibu pada heboh ngabarin kalo Mama Loreng meninggal dan pada berbondong ke sana, kebetulan kan arah rumah almarhumah Mama Loreng nggak begitu jauh dari pasar, jadi ya, kesempatan kan buat ikutan ngelayat, siapa tahu ikutan ketiban berkah,” cerocos ibu tanpa merasa ada yang salah dengan ucapannya.
“Apa? Berkah kamu bilang, Bu? Masya Allah, Bu... Istighfar! Bisa syirik kamu nanti..,” guratan shock langsung terlukis di wajah bapak.
Siti hanya membengong melihat perdebatan kedua orangtunya. Ia sangat tahu, kalo bapak ibunya memang berseberangan argumen tentang banyak hal.
“Bu, memang nggak ada masalah kalo ibu kepingin takziah ke sana, toh Ida dengar-dengar almarhumah Mama Loreng seorang muslim, tapi kalo sampai ibu mengharapkan ketiban berkahnya Mama Loreng, itu nggak dibenarkan dalam Islam, Bu,” sahut Ida dengan suara pelan yang langsung keluar kamar begitu mendengar orangtuanya berdebat.
“Tuh! dengerin kata anakmu yang sebentar lagi menyandang gelar sarjana!” Tambah bapak.
Ibu hanya manyun, lalu bergegas ke dapur dengan raut masih menyisakan protes tapi enggan meladeni. Bukannya tak bisa membantah, tapi kalau Ida sudah ikutan ngomong membela bapak, pasti ibu bakal kalah argumen. Siti mengekor langkah ibu. Ida menatap ibu dengan raut prihatin. Sementara bapak masih menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sirat wajah masih memeram kecewa atas tindakan dan jalan pikiran ibu yang sulit diluruskan.
***
“Ja… jadi ini sisa kain kafan Mama Loreng, Bu?” kedua mata Siti membeliak.
“Ssst! Jangan keras-keras ngomongnya, ntar kedengaran bapak sama Mbak-mu, bisa gawat,” bisik ibu sambil menempelkan telunjuknya ke bibirnya sendiri.
“Tapi buat apa, Bu?” Tanya Siti celingukan.
“Eeaalah, buat apa, masak kamu nggak pernah dengar kalo sesuatu yang masih berkaitan dengan Mama Loreng itu bertuah. Bisa dijadikan jimat buat penglarisan usaha warung makan ibu, kamu juga bisa menggunakannya biar bisa dapat jodoh sesuai keinginanmu,” ibu masih berbisik, sementara kedua bola matanya larak-lirik sana-sini, takut kepergok bapak atau Ida.
Siti menatap ibu dengan mata berkerjap-kerjap penuh arti. Sesungging senyum langsung menghias bibirnya.
“Bener, Bu?”
Ibu mengangguk dengan wajah mengguratkan binar. Sementara ibu dan Siti asyik berunding, sepasang telinga tak jauh dari situ, sedang menguliti pembicaraan mereka. 'Aku mesti memusnahkan kain penyebab syirik itu,' gumam gadis berjilbab yang tengah menguping ibu dan adiknya itu.
***
“Ssst! Heh, Siti, bangun!” ibu menggoyang-goyang kasar tubuh Siti yang tengah terlelap pagi itu. Kebiasaan Siti kalo pagi, habis Subuh langsung tidur lagi.
“Apaan sih, Bu, ngantuk nih!” sahut Siti sambil mengucek-ngucek kedua matanya yang masih merah.
“Kamu kemanakan kain itu, sini balikin, cepat!”
“Kain? Memang kainnya….,” Siti melebarkan kedua matanya sembari menarik tubuhnya dari kasur dengan malas.
“Ya, kain itu hilang. Siapa lagi kalo bukan kamu pelakunya. Kan cuma kamu dan ibu yang tahu potongan kain kafan itu. Ayo, sini balikin!” potong ibu sewot.
“Sumpah bukan Siti yang ngambil, Bu!”
“Alaaah, jangan bohong kamu, sini balikin! Kualat nanti kalo kamu bohongin orangtua!” ibu terus memaksa.
“Demi Allah, Siti nggak tahu, Bu!” seru Siti.
“Ssst! Jangan kenceng-kenceng ngomongnya,”
“Ada apa sih, pagi-pagi heboh gitu,” sahut Ida langsung masuk kamarnya Siti.
“Eee..eehh, nggak ada apa-apa, kok, Da,” balas ibu rada gelagapan.
“Ida dengar tadi, ibu lagi nyari kain? Kain yang mana sih, Bu,” tanya Ida pura-pura tak tahu.
“Kain? Ah, salah dengar kamu, Da,” tangkis ibu.
“Oh, ya udah kalo gitu, kirain nyari potongan kain putih yang tadi Ida temukan di kolong meja,” sahut Ida sambil melangkah keluar kamar.
Ibu dan Siti saling pandang tanpa dikomando. Lalu…
“Da, di mana kain itu. Sini serahin ke ibu, itu kain yang ibu cari-cari,” seru Ibu mencegat langkah Ida.
“Lho, katanya tadi ibu nggak lagi nyari kain?” wajah Ida dibuat-buat bego. Padahal batinnya tersenyum geli.
“Udah, sini balikin kain itu,” sergah ibu tak sabar.
“Yaah, terlambat, Bu. Ida pikir tadi itu kain bekas,”
“Maksud kamu…,”
“Kainnya udah Ida buang ke tong sampah, dan kayaknya tadi udah di ambil sama si Bapak tukang sampah keliling itu,”
“Apa?” kedua bola mata ibu melotot, nyaris saja meloncat keluar.
Hanya berselang detik, ibu langsung tergopoh keluar rumah.
“Ibuuu! Mau kemana?” seru Ida heran.
“Ngejar si tukang sampah!”
“Apa?” pekik Ida dengan gurat kejut langsung menghiasi wajahnya. Ia pun terburu menyusul ibu.
***
Kebumen, 20 Mei 2010.
Mengenang Fenomena Mama……….,
Profil Singkat Penulis:
*Sam Edy Yuswanto, lahir di Kebumen 1977. Mahasiswa Tarbiyah STAINU Kebumen, bergiat di FPK (Forum Penulis Kebumen).
*Kegiatan rutin sehari-hari; di depan komputer, memperbanyak jam terbang membaca dan menulis cerpen. Bercita-cita bisa keliling dunia dengan hasil menulisnya (hehehehe).
*Cerpen-cerpennya telah banyak menghiasi media, seperti; Republika, Seputar Indonesia, Pontianak Post, Surabaya Post, Radar Banyumas, Koran Merapi, tabloid Cempaka, Kompas.com dan Annida-online.
*Salah satu cerpennya masuk dalam antologi 12 cerpen pilihan annida-online. Diterbitkan SMG Publishing.
*Cerbung perdananya (Bukan Cinta Manusia Biasa) dimuat secara berseri di annida-online.
*Tulisan lainnya juga telah tersebar di Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Rindang, Misykat, Buletin Forkis dan majalah Community STAINU, Buletin kesehatan dan buletin pesantren
Puisi-puisi Ainul Hidayat
DAUN KERING-KEPOMPONG TUA
DAUN KERINGKU aku tahu ketiadanmu yang semu mampu menebalkan keberadaanku
membisikkan MUARTAL teduh di kedua telingaku
membopongku menjadi kepompong tua
KEPOMPONG TUA yang harus bersila menjadi pertapa
di GUA ASSIYAM yang indah
TIGA PULUH hari aku harus berlatih memetamorfosiskan diri
melepaskan bulu-bulu syariati yang gatal
hingga tebungkus penuh kafan putih yang terbuat dari sutra hakiki
tiga puluh hari aku harus menahan diri
menghindari matahari
musuh sekaligus guru dikemudian hari
-----
fajar sidik mennyingsingkan cahaya putih
mengusik diamku yang melintang dalam pembaringanku
kemudian Syuruk menteror
seperti biasanya
kini ia datang dimulut gua
membiaskan fatamorgana
menggodaku dengan gambaran nikmatnya seteguk tirta
beruntung ada seekor laba-laba yang melindungiku dengan jaring-jaring keyakinan
ia selalu mengingatkanku agar aku tidak tergoda dengan kenikmatan tirta yang sementara
Aku harus tetap menjadi kepompong tua
tidak sia-sia bertapa di gua hingga aku dapat menjadi kupu-kupu yang indah
mengepakkan SAYAP-SAYAP SEWARNA
kan ku jelajahi taman setaman
kan kucari persinggahan dimana daun keringku setia menunggu.
MATAHARI
musuh sekaligus guruku dikemudian hari
sebelum aku menjadi kepompong
aku sadar kau selalu hadir dalam pencarianku
di pagi hari kau mata-matai aku dibalik mega mendungmu
di siang hari kau tepatkan bayang lamunanku menjadi satu titik dengan tubuhku
di soreh hari kau kirimkan senja merah sebagai pendeteksi lamunanku dalam remang sunyi
di malam hari......
kukira kau tak berani
aku berfikir kau hanya hebat saat syuruk hingga maghrib
aku salah lagi
kau malah lebih berbahaya
kau pagari aku dengan mantra mahabah agar aku takluk terbuai kebesaran namamu yang tersembunyi
kau buat aku tak berdaya menopang sebonggol mimpi hijau
------------------------
biarlah
sekarang aku hanya ingin menjadi kepompong tua
------------------------
kudengar sebuah berita dari angin malam
angin yang keluar dari artesis sahri
ARTESIS SAHRI
ada tujuh lubang yang dalam
tiap lubang menanamkan ranjau merah
menumbuhkan sejuta jarum neraka
lubang yang mengingatkan kita agar berhati hati dalam melangkah
selain itu tiap lubang juga mengalirkan tirta surga
setetes tirta mamapu mengkecambahkan biji dalam sehari
setetes tirta mampu menopangkan tujuh dahan kenikmatan
sedahan mencarang sepuluh ranting keberkahan
seranting menghiaskan sepuluh macam buah kemukjizatan
lalu kutadah tanya lirih
di mana daun yang biasa merimbun ranting-ranting
gugurkah?
belum tumbuhkah?
atau sengaja pergi meninggalkan POHON PAHALA KENCANA
meranggas mencari daun kering
saudara tertuanya
kabar angin itu menarikku- menjatuhkanku dari gelantungan musim-musim kepompongku
menderahku- melatihku agar aku kuat
agar aku terbiasa jika harus jatuh
aku harus mampu membuat tersenyum seribu malaikat ketika nanti aku mampu mengepakkan sayap pertamaku
aku tidak ingin terjatuh lagi
hanya merangkak di punggung bumi
ditertawakan jejak-jejak sinis matahari
mengepakkan sayap hingga pada waktunya
sekarang aku masih setia
menyendiri diam dalam serat sutra yang memopong
melindungiku dari matahari yang tiba-tiba bisa datang tanpa perhitungan bintang
bukan diam dengan menyembunyikan perhitungan IMAJINER
karena perhitungan yang benar masih terbatas asumsi kekalnya angka istimewa di depan angka genap
--------
di dalam GUA ASSIYAM tempatku berdiam diri
tak lama lagi malam akan penuh cahaya
seribu bulan purnama akan singgah melafalkal muartal Al.Qadar
yang hanya mengusik dan didengar kepompong yang sadar
MALAM YANG LUAR BIASA
malam yang bagiku pengobat rindu
malam yang bisa mempertemukanku dengan daun keringku
malam itu pohon-pohon PAHALA KENCANA yang luar biasa
akan berjajar memagar di mulut gua
kemudian menunduk merukuk
malam itu di luar gua langit begitu telanjang
tak sehelai mega mendung menutupi
bintang-bintang benderang begitu seksi
semua begitu nyata
di balik punggung gua menghampar pasir-pasir pesisir yang berfikir
membaca kejanggalan yang ditetapkan
SEGARA berubah rasa
tak lagi garam menyengat
lidah mati tak mencicip rasa
semuanya tawar.
------------------------------
SURABAYA pas posoh@gustus 2010
DAUN KERINGKU aku tahu ketiadanmu yang semu mampu menebalkan keberadaanku
membisikkan MUARTAL teduh di kedua telingaku
membopongku menjadi kepompong tua
KEPOMPONG TUA yang harus bersila menjadi pertapa
di GUA ASSIYAM yang indah
TIGA PULUH hari aku harus berlatih memetamorfosiskan diri
melepaskan bulu-bulu syariati yang gatal
hingga tebungkus penuh kafan putih yang terbuat dari sutra hakiki
tiga puluh hari aku harus menahan diri
menghindari matahari
musuh sekaligus guru dikemudian hari
-----
fajar sidik mennyingsingkan cahaya putih
mengusik diamku yang melintang dalam pembaringanku
kemudian Syuruk menteror
seperti biasanya
kini ia datang dimulut gua
membiaskan fatamorgana
menggodaku dengan gambaran nikmatnya seteguk tirta
beruntung ada seekor laba-laba yang melindungiku dengan jaring-jaring keyakinan
ia selalu mengingatkanku agar aku tidak tergoda dengan kenikmatan tirta yang sementara
Aku harus tetap menjadi kepompong tua
tidak sia-sia bertapa di gua hingga aku dapat menjadi kupu-kupu yang indah
mengepakkan SAYAP-SAYAP SEWARNA
kan ku jelajahi taman setaman
kan kucari persinggahan dimana daun keringku setia menunggu.
MATAHARI
musuh sekaligus guruku dikemudian hari
sebelum aku menjadi kepompong
aku sadar kau selalu hadir dalam pencarianku
di pagi hari kau mata-matai aku dibalik mega mendungmu
di siang hari kau tepatkan bayang lamunanku menjadi satu titik dengan tubuhku
di soreh hari kau kirimkan senja merah sebagai pendeteksi lamunanku dalam remang sunyi
di malam hari......
kukira kau tak berani
aku berfikir kau hanya hebat saat syuruk hingga maghrib
aku salah lagi
kau malah lebih berbahaya
kau pagari aku dengan mantra mahabah agar aku takluk terbuai kebesaran namamu yang tersembunyi
kau buat aku tak berdaya menopang sebonggol mimpi hijau
------------------------
biarlah
sekarang aku hanya ingin menjadi kepompong tua
------------------------
kudengar sebuah berita dari angin malam
angin yang keluar dari artesis sahri
ARTESIS SAHRI
ada tujuh lubang yang dalam
tiap lubang menanamkan ranjau merah
menumbuhkan sejuta jarum neraka
lubang yang mengingatkan kita agar berhati hati dalam melangkah
selain itu tiap lubang juga mengalirkan tirta surga
setetes tirta mamapu mengkecambahkan biji dalam sehari
setetes tirta mampu menopangkan tujuh dahan kenikmatan
sedahan mencarang sepuluh ranting keberkahan
seranting menghiaskan sepuluh macam buah kemukjizatan
lalu kutadah tanya lirih
di mana daun yang biasa merimbun ranting-ranting
gugurkah?
belum tumbuhkah?
atau sengaja pergi meninggalkan POHON PAHALA KENCANA
meranggas mencari daun kering
saudara tertuanya
kabar angin itu menarikku- menjatuhkanku dari gelantungan musim-musim kepompongku
menderahku- melatihku agar aku kuat
agar aku terbiasa jika harus jatuh
aku harus mampu membuat tersenyum seribu malaikat ketika nanti aku mampu mengepakkan sayap pertamaku
aku tidak ingin terjatuh lagi
hanya merangkak di punggung bumi
ditertawakan jejak-jejak sinis matahari
mengepakkan sayap hingga pada waktunya
sekarang aku masih setia
menyendiri diam dalam serat sutra yang memopong
melindungiku dari matahari yang tiba-tiba bisa datang tanpa perhitungan bintang
bukan diam dengan menyembunyikan perhitungan IMAJINER
karena perhitungan yang benar masih terbatas asumsi kekalnya angka istimewa di depan angka genap
--------
di dalam GUA ASSIYAM tempatku berdiam diri
tak lama lagi malam akan penuh cahaya
seribu bulan purnama akan singgah melafalkal muartal Al.Qadar
yang hanya mengusik dan didengar kepompong yang sadar
MALAM YANG LUAR BIASA
malam yang bagiku pengobat rindu
malam yang bisa mempertemukanku dengan daun keringku
malam itu pohon-pohon PAHALA KENCANA yang luar biasa
akan berjajar memagar di mulut gua
kemudian menunduk merukuk
malam itu di luar gua langit begitu telanjang
tak sehelai mega mendung menutupi
bintang-bintang benderang begitu seksi
semua begitu nyata
di balik punggung gua menghampar pasir-pasir pesisir yang berfikir
membaca kejanggalan yang ditetapkan
SEGARA berubah rasa
tak lagi garam menyengat
lidah mati tak mencicip rasa
semuanya tawar.
------------------------------
SURABAYA pas posoh@gustus 2010
Masih Adakah Semangat Bung Tomo?

Oleh Abdul Hakim
Istilah "Merdeka atau Mati" itu Bung Tomo (Sutomo, red) yang pertama kali menyerukannya, begitu kata salah seorang pengamat sejarah dan sekaligus ketua Pancasila Center, Syafaruddin.
Begitu semangatnya istilah tersebut, sehingga menjadikan Bung Tomo adalah sosok yang tidak bisa ditawar, memiliki sifat tegar, keras, dan punya kepribadian yang kuat.
Bung Tomo yang lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920 pantas mendapatkan gelar pahlawan, karena memang dialah yang tampil sebagai pemimpin perlawanan terhadap Ultimatum Tentara Sekutu (Inggris) yang dikeluarkan Mayor Jenderal Mansergh dan memicu pertempuran selama lebih kurang satu bulan (27 Oktober ? 20 November 1945).
Perang yang sebagaimana diketahui tidak dapat dipisahkan dari asal usul dijadikannya 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional. Perang yang menimbulkan korban tidak sedikit di kedua belah pihak, Indonesia 16.000 dan Inggris 2.000.
Dalam perang tersebut ada seorang tokoh yang tentunya semua mengetahui mempunyai peran yang sangat penting membakar semangat para pemuda (arek-arek Suroboyo) saat itu, membakar semangat juang para pejuang untuk mempertahankan Tanah Air tercinta, Indonesia.
Menurut salah seorang pengamat Politik dan Sosial Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Airlangga Pribadi, ada beberapa hal yang menarik dari figur Bung Tomo yang patut diteladani oleh semua orang.
"Pertama, Bung Tomo adalah sosok yang memiliki karakter nasionalis religius yang sangat kuat, bahwa pembelaan beliau untuk berjuang mempertahankan keutuhan republik adalah manifestasi dari keimanannya kepada keyakinan agama," paparnya.
Faktor ini, lanjut dia, patut diteladani ketika saat ini mulai muncul fenomena fanatisme keagamaan yang antinasionalis dan eksklusif. Kedua, figur Bung Tomo adalah elite politik yang sangat dekat di hati rakyatnya, ada interaksi yang intens antara Bung Tomo dan rakyat, di mana hal ini terlihat mulai menghilang dalam perilaku elite politik saat ini.
"Terakhir adalah kesederhanaan hidupnya dan keluarganya, yang khas dari banyak karakter para pendiri republik, patut diteladani di tengah maraknya budaya koruptif di kalangan elit politik saat ini," ucapnya.
Hal sama juga diungkapkan pengamat komunikasi politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Suko Widodo. Ia mengatakan bahwa Bung Tomo, adalah sosok yang langka khususnya pada saat membebaskan belenggu kolonialisme pada saat penjajahan Belanda dan Jepang.
"Keberaniannya menentang kolonialisme patut diacungi jembol. Bahkan dia juga mampu menggerakkan arek-arek Suroboyo (para pemuda, red) untuk bersama-sama melawan penjajah," ujarnya.
Sifat kesederhanaan dan kesalehan Bung Tomo patut ditiru oleh generasi muda saat ini, yakni tidak memilih hidup di istana layaknya para presiden dan pejabat pemerintahan lainnya. Padahal Bung Tomo sendiri merupakan pahlawan besar yang sudah sepantasnya mendapatkan penghargaan yang layak. "Namun, Bung Tomo lebih memilih untuk hidup sederhana di Surabaya berkumpul dengan masyarakat," katanya.
Sikap egaliternya tersebut yang jarang ditemukan pada saat ini. Bahkan rasa memahami dan menghargai sesama manusia saat ini sudah mulai menurun. "Kalau di Surabaya, urusanmu, ya, urusanmu. Urusanku, ya, urusanku. Faktor ’fair’ sudah tidak ada," katanya.
Nyaris Tanpa Pahlawan
Meskipun sejak 10 November 1945 Surabaya terkenal sebagai Kota Pahlawan, tidak banyak yang tahu bahwa kota ini tidak mempunyai pahlawan nasional yang diakui pemerintah.
Setidaknya, ketiadaan pahlawan itu berlangsung sampai 7 November 2008, ketika pada akhirnya pemerintah mengakui dan menyatakan bahwa Bung Tomo, tokoh penting perlawanan arek-arek Suroboyo melawan Sekutu, adalah pahlawan nasional.
Sungguh penantian amat lama. Dengan demikian, sekarang Surabaya sempurna disebut sebagai Kota Pahlawan karena sudah memiliki pahlawan nasional yang diakui pemerintah.
Proses untuk bisa mendapat gelar pahlawan nasional bagi Bung Tomo cukup lama. Lebih terasa aneh karena untuk mendapat gelar pahlawan nasional harus ada "yang meminta" atau mengajukan dengan sejumlah prosedur yang ruwet.
Tampaknya, para birokrat di Departemen Sosial (saat ini Kementerian Sosial) yang dipimpin Menteri Bachtiar Chamsyah saat itu berpendapat, semakin sulit dan rumit semakin baik. Akibatnya, Bung Tomo yang peranannya dalam berjuang melawan sekutu sudah sangat jelas kesulitan mendapat pengakuan tersebut.
Di zaman Presiden Soeharto, pengajuan pengakuan kepahlawanan Bung Tomo pernah ditolak karena syarat-syarat "administratifnya" tidak lengkap. Namun, akhirnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pengakuan kepada Bung Tomo sebagai pahlawan nasional.
Memang, di Indonesia ini sangat aneh. Untuk diakui sebagai pahlawan nasional perlu "sponsor". Tim yang menjadi sponsor inilah yang mengurus segala macam tetek bengek agar tokoh yang disponsorinya diakui sebagai pahlawan.
Dengan demikian, memang bukan urusan mudah untuk memperjuangkan gelar kepahlawanan nasional, meski perjuangannya sudah sangat terang benderang seperti Bung Tomo.
Misalnya, perlu ada seminar, penerbitan buku hasil penelitian bahwa seseorang yang diusulkan itu mempunyai nilai kepahlawanan dalam perjuangannya. Selain itu, harus mampu meyakinkan DPRD setempat agar mengeluarkan rekomendasi kepahlawanan seseorang.
Namun semua itu akhirnya bisa dilalui, sehingga warga Kota Surabaya pantas bersyukur dan bergembira dengan keputusan pemerintah itu. Sebab, dengan demikian, perjuangan berdarah yang penuh pengorbanan dan air mata almarhum Bung Tomo secara resmi diakui negara.
Biografi
Sutomo pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, ia menjadi staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahaan ekspor-impor Belanda.
Ia juga pernah bekerja sebagai polisi di kota Praja dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor untuk perusahaan mesin jahit "Singer".
Pada usia 12 tahun, Sutomo meninggalkan pendidikannya di MULO karena ia harus melakukan berbagai pekerjaan untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga. Kemudian ia menyelesaikan pendidikan HBS melalui korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.
Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada usia 17 tahun, ia berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat "Pandu Garuda".
Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ia terpilih pada tahun 1944 menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru.
Bulan Oktober dan November 1945, ia berusaha membangkitkan semangat rakyat pada saat Surabaya diserang oleh tentara NICA dengan seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radio yang penuh dengan emosi.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo pernah aktif dalam politik pada tahun 1950-an. Namun pada awal tahun 1970-an, ia berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru. Ia berbicara keras terhadap program-program Presiden Soeharto sehingga pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah selama setahun karena kritik-kritiknya yang keras.
Pada tanggal 7 Oktober 1981, Sutomo meninggal dunia di Makkah, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke Indonesia dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya.
Baharudin, Guru Hebat Desa Terpencil
JAKARTA, KOMPAS.com--Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, cita-cita Bahrudin (39) sebagai seorang guru mengantarkan dirinya ke dalam sebuah daerah terpencil tujuan transmigrasi bernama Terentang Hulu, Kalimantan Barat.
Setelah diberikan surat penugasan pada tahun 1993 untuk pindah ke Terentang, Bahrudin yang menetap di Kota Pontianak pun memenuhi panggilan tugas itu dengan ikhlas. Tujuannya sederhana yakni menjadi guru dan memberikan sedikit ilmunya agar bermanfaat bagi orang lain.
"Banyak guru yang menolak diberangkatkan ke sana karena daerah itu daerah PKI dulu, jadi banyak yang nggak berani," ujarnya, Senin (16/8/2010), saat menerima penghargaan guru berprestaai di Plaza Mandiri, Jakarta.
Bagai mengajar di Negeri Cina
Pada awal masuk di SD Negeri 6 Terentang Hulu, Bahrudin dihadapkan pada kondisi di mana masyarakat sekitarnya masih belum paham akan pentingnya pendidikan.
Maklum, wilayah terpencil ini minim akses informasi. Mayoritas masyarakatnya pun merupakan keturunan Tiong Hwa dengan bahasa ibu Mandarin, sisanya baru suku Dayak. "Untuk mengerti saya bicara apa, mereka tidak mengerti. Apalagi kalau disuruh sekolah," ujarnya kepada Kompas.com.
Akhirnya, Bahrudin dan rekan-rekannya di SD Negeri 6 Terentang Hulu pun berusaha meyakinkan penduduk sekitar dan akhirnya terjaring sekitar belasan anak. Perlu kesabaran memang dalam meyakinkan anak-anaknya untuk disekolahkan. "Tapi alhamdulillah murid kita dari kelas 1-6 sekarang sudah ada 60 orang, dan kelulusan 100%," ujar guru kelas yang mengajar seluruh mata pelajaran ini.
Bahrudin memegang kelas 6 dengan total murid dalam kelasnya yakni tujuh orang. "Semua lulus. Dari tujuh, semuanya melanjutkan ke SMP," ujarnya bangga.
Minim fasilitas, maksimalkan prestasi
Dengan segala karakteristiknya sebagai daerah terpencil, SD Negeri 6 Terentang Hulu pun tak bisa berharap banyak diakomodasi fasilitas super lengkap layaknya sekolah di pusat kota.
"Kita tidak punya fasilitas olahraga. Lab komputer. Jangankan fasilitas itu, listrik juga belum masuk ke daerah kami," ujar Bahrudin.
Tidak mau menyerah pada kondisi, para guru sekolah tersebut pun memaksimalkan apa yang dimiliki sekolah. Tidak ada listrik, genset pun digunakan seperlunya saja. Tidak ada lapangan dan alat olahraga, nyatanya juga tidak mengecilkan niat para peserta didik SDN 6 Terentang Hulu.
"Karena kita nggak punya fasilitas olahraga, kita lakukan saja apa yang kita bisa. Kita fokuskan olahraga pada atletik, dan alhamdulillah berkat olahraga ini, sekolah jadi cukup dikenal," ujar bapak tiga anak tersebut.
Bahrudin mengungkapkan hingga kini SDN 6 Terentang Hulu sudah mengoleksi 34 medali, yang sebagian besar disumbangkan dari bidang olahraga, terutama dari cabang atletik. Selain kendala fasilitas, sekolah itu pun punya kendala lain di bidang transportasi. Akses ke SDN 6 Terentang hanya mengandalkan transportasi air.
Pada musim kemarau, sekolah ini bahkan harus ditempuh dalam waktu sehari semalam dari pusat kota Pontianak. Susahnya sekolah ini dijangkau pihak luar pun semakin menyulitkan SDN 6 Terentang mendapatkan perhatian lebih dari pusat.
Semua Cukup, Asal Bersyukur Dengan segala tantangannya, Bahrudin mengaku tidak berniat pindah mencari pekerjaan lain. "Sudah 17 tahun saya menggarap di sini, dan tidak ada terbesit niat sekalipun saya pindah dari sini (Terentang Hulu)," ujarnya.
Menurut Bahrudin, selama menjalani tugasnya sebagai guru, ia selalu memegang tekadnya untuk mengabdi sebagai perpanjangan tangan pemerintah mengembangkan anak didiknya. Apakah penghasilan sudah mencukupi?
"Namanya manusia kita harusnya bersyukur sama apa yang kita punya. Dengan bersyukur, kita akan merasa cukup. Kita akan mati dan apa yang akan kita bawa hanya kebaikan," tandas Bahrudin.
Tak pelak sikap Bahrudin ini pun akhirnya diapresiasi pemerintah dengan menobatkannya sebagai guru berprestasi nasional di wilayah terpencil bersama dengan 212 guru berprestasi tingkat nasional lainnya
Setelah diberikan surat penugasan pada tahun 1993 untuk pindah ke Terentang, Bahrudin yang menetap di Kota Pontianak pun memenuhi panggilan tugas itu dengan ikhlas. Tujuannya sederhana yakni menjadi guru dan memberikan sedikit ilmunya agar bermanfaat bagi orang lain.
"Banyak guru yang menolak diberangkatkan ke sana karena daerah itu daerah PKI dulu, jadi banyak yang nggak berani," ujarnya, Senin (16/8/2010), saat menerima penghargaan guru berprestaai di Plaza Mandiri, Jakarta.
Bagai mengajar di Negeri Cina
Pada awal masuk di SD Negeri 6 Terentang Hulu, Bahrudin dihadapkan pada kondisi di mana masyarakat sekitarnya masih belum paham akan pentingnya pendidikan.
Maklum, wilayah terpencil ini minim akses informasi. Mayoritas masyarakatnya pun merupakan keturunan Tiong Hwa dengan bahasa ibu Mandarin, sisanya baru suku Dayak. "Untuk mengerti saya bicara apa, mereka tidak mengerti. Apalagi kalau disuruh sekolah," ujarnya kepada Kompas.com.
Akhirnya, Bahrudin dan rekan-rekannya di SD Negeri 6 Terentang Hulu pun berusaha meyakinkan penduduk sekitar dan akhirnya terjaring sekitar belasan anak. Perlu kesabaran memang dalam meyakinkan anak-anaknya untuk disekolahkan. "Tapi alhamdulillah murid kita dari kelas 1-6 sekarang sudah ada 60 orang, dan kelulusan 100%," ujar guru kelas yang mengajar seluruh mata pelajaran ini.
Bahrudin memegang kelas 6 dengan total murid dalam kelasnya yakni tujuh orang. "Semua lulus. Dari tujuh, semuanya melanjutkan ke SMP," ujarnya bangga.
Minim fasilitas, maksimalkan prestasi
Dengan segala karakteristiknya sebagai daerah terpencil, SD Negeri 6 Terentang Hulu pun tak bisa berharap banyak diakomodasi fasilitas super lengkap layaknya sekolah di pusat kota.
"Kita tidak punya fasilitas olahraga. Lab komputer. Jangankan fasilitas itu, listrik juga belum masuk ke daerah kami," ujar Bahrudin.
Tidak mau menyerah pada kondisi, para guru sekolah tersebut pun memaksimalkan apa yang dimiliki sekolah. Tidak ada listrik, genset pun digunakan seperlunya saja. Tidak ada lapangan dan alat olahraga, nyatanya juga tidak mengecilkan niat para peserta didik SDN 6 Terentang Hulu.
"Karena kita nggak punya fasilitas olahraga, kita lakukan saja apa yang kita bisa. Kita fokuskan olahraga pada atletik, dan alhamdulillah berkat olahraga ini, sekolah jadi cukup dikenal," ujar bapak tiga anak tersebut.
Bahrudin mengungkapkan hingga kini SDN 6 Terentang Hulu sudah mengoleksi 34 medali, yang sebagian besar disumbangkan dari bidang olahraga, terutama dari cabang atletik. Selain kendala fasilitas, sekolah itu pun punya kendala lain di bidang transportasi. Akses ke SDN 6 Terentang hanya mengandalkan transportasi air.
Pada musim kemarau, sekolah ini bahkan harus ditempuh dalam waktu sehari semalam dari pusat kota Pontianak. Susahnya sekolah ini dijangkau pihak luar pun semakin menyulitkan SDN 6 Terentang mendapatkan perhatian lebih dari pusat.
Semua Cukup, Asal Bersyukur Dengan segala tantangannya, Bahrudin mengaku tidak berniat pindah mencari pekerjaan lain. "Sudah 17 tahun saya menggarap di sini, dan tidak ada terbesit niat sekalipun saya pindah dari sini (Terentang Hulu)," ujarnya.
Menurut Bahrudin, selama menjalani tugasnya sebagai guru, ia selalu memegang tekadnya untuk mengabdi sebagai perpanjangan tangan pemerintah mengembangkan anak didiknya. Apakah penghasilan sudah mencukupi?
"Namanya manusia kita harusnya bersyukur sama apa yang kita punya. Dengan bersyukur, kita akan merasa cukup. Kita akan mati dan apa yang akan kita bawa hanya kebaikan," tandas Bahrudin.
Tak pelak sikap Bahrudin ini pun akhirnya diapresiasi pemerintah dengan menobatkannya sebagai guru berprestasi nasional di wilayah terpencil bersama dengan 212 guru berprestasi tingkat nasional lainnya
Kisah Kemuliaan Wanita dalam Islam

Oleh Angga Rahmat Triana
Sumayyah binti Hubath adalah ibu kandung dari Amar bin Yassir. Ia adalah gambaran cemerlang dari wanita yang pertama kali mati syahid. Dengan ketebalan Imannya, ia berani menentang Abu Jahal yang terkenal bengis dan kejam. Ia, suami, dan anaknya dilempar ke lautan pasir yang amat panas, dengan kaki dan tangan yang diikat sehingga tidak dapat bergerak leluasa.
Mereka disiksa dengan teramat kejam agar mau mengikuti kemauan Abu Jahal untuk keluar dari Islam. Namun tiada terdengar sepatah kata pun dari Yassir dan anaknya selain rintihan semata. Karena itu, penyiksaan terhadap mereka semakin ditingkatkan. Sedangkan Sumayyah tidak hanya diam dan merintih, tetapi dengan berani dia menentang Abu Jahal dan menyatakan bahwa dirinya akan tetap berpegang teguh pada keimanannya, meskipun harus menebusnya dengan tebusan yang teramat mahal.
Ketika Rasulullah melewati keluarga Yassir yang sedang menjalani penyiksaan, beliau langsung bersabda, "Wahai keluarga Yassir bersabarlah! Karena tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah surga."
Nah, apakah yang diperbuat Abu Jahal ketika ia ditentang oleh seorang wanita??? Apakah yang ia lakukan ketika kesombongan dan kebengisannya dianggap enteng serta penyiksaannya malah membuat mereka semakin berani? Maka ia pun menghabisi nyawa wanita mulia itu!
Perjalanan hidup Sumayyah dicatat dalam lembaran sejarah Islam dengan tinta emas. Hingga kini namanya tetap abadi, sebagai wanita yang pertama kali mati syahid, yang kematiannya menjadi lentera penerang iman. Dapat dijadikan contoh teladan dalam menegakkan prinsip. Ia mantap berpegang teguh pada keimanannya walaupun harus menebusnya dengan tebusan yang sangat mahal.
Dalam kitab Al-Ishabah, Ibnu hajar menegaskan: "Sumayyah binti Hubath adalah mantan budak Hudzaifah bin mughirah bin Makhzum. Ia termasuk angkatan pertama dalam memeluk Islam. Dalam menyatakan keimanannya ia berada pada urutan ke-7. Ia disiksa oleh Abu Jahal dan ditusuk dengan tombak pada alat vitalnya hingga meninggal dunia. Karenanya, ia adalah wanita pertama yang mati syahid dalam Islam. Sedangkan Yassir adalah sepupu Hudzaifah. Karena itu, ia dinikahkan dengan Sumayyah hingga dikaruniai anak bernama Amar bin Yassir. Dan setelah dimerdekakan, Yassir beserta anak dan istrinya termasuk angkatan pertama yang memeluk Islam".
Sumayyah adalah lambang pengorbanan dalam menegakkan agama Allah. Ia berani berterus terang menyatakan keislamannya, ketika kaum kafir Quraisy sedang bengis-bengisnya. Mujahid menegaskan orang yang pertama kali menunjukkan keislamannya ada tujuh orang, Rasulullah, Abu Bakar, Bilal, Khabab, Shuhaib, Amar bin Yassir, dan Sumayyah. Rasulullah dan Abu Bakar dihalang-halangi oleh kaumnya, sedangkan yang lain disiksa. Mereka dipanggang diteriknya sinar matahari padang pasir. Di tengah penyiksaan yang biadab itu, datanglah Abu Jahal menghampiri Sumayyah, lantas menusuk alat vitalnya dengan tombak hingga meninggal dunia.
Ibnu Sa'ad mengetengahkan sebuah riwayat dengan sanad yang sahih, bersumber dari Mujahid, bahwa ia telah berkata, "Wanita yang pertama kali syahid dalam Islam adalah Sumayyah, seorang wanita tua lagi lemah". Ketika Abu Jahal terbunuh dalam perang Badar, Rasulullah bersabda kepada Amar bin Yassir, "Yaa Amar, Allah telah membunuh orang yang telah membunuh ibumu."
Bila kita perhatikan secara saksama, ternyata orang yang pertama kali memeluk Islam adalah Khadijah Binti Khuwailid dan orang yang pertama kali mati syahid dalam Islam adalah Sumayyah binti Hubath, yang keduanya adalah wanita. Maka di manakah letak Anda selaku muslimah dalam Islam saat ini??? (Wanita-wanita Pendamping Rasulullah - Aba Firdaus Al-Halwani).
Kalau sudah jelas posisi wanita dalam Islam sangat dihargai dan di hormati.... lalu mengapa masih banyak orang yang mendiskreditkan Islam dengan unsur-unsur KETIDAK ADILAN JENDER???. Perlu saya tekankan bahwa ISLAM MENGAJARKAN KEBENARAN, TETAPI SEGELINTIR UMMAT YANG SALAH DALAM MEMPERSEPSIKAN, MEMAHAMI & MENGAMALKAN ISLAM... MAKA, JANGAN MENYALAHKAN AGAMA-NYA... TETAPI "OKNUMNYA"
Allegri: Grup G Sangat Keras

MONACO, KOMPAS.com — Pelatih AC Milan Massimiliano Allegri mengakui, timnya berada di grup keras di Liga Champions 2010-11. Berada di Grup G bersama Real Madrid, Ajax Amsterdam, dan Auxerre akan menjadi pertarungan seru dan menggairahkan.
Grup G memang paling keras. Tiga tim di antaranya sudah sering juara dan jika dikumpulkan menjadi 20 gelar. Madrid juara 9 kali, Milan 7 kali, dan Ajax 4 kali.
"Menghadapi Real Madrid akan membangkitkan banyak ingatan. Ini pertandingan yang akan sangat menggairahkan," kata Allegri.
Musim lalu, Milan dan Madrid sudah bertemu di babak yang sama, penyisihan grup. Mereka saat itu berada di Grup C. Saat tampil di Santiago Bernabeu, Milan secara mengejutkan menang 3-2 dan bermain imbang 1-1 di Stadion San Siro.
"Saya kira, San Siro dan Santiago Bernabeu akan dipenuhi penonton jika kami bertemu. Ini akan menjadi pertunjukan hebat, sedangkan Ajax dan Auxerre tak bisa diremehkan. Mereka lolos dari babak kualifikasi dengan cara brilian," pujinya.
Allegri mengatakan, timnya akan bersemangat tampil di Liga Champions. "Kami harus mempertahankan konsentrasi dan kondisi fisik untuk semua pertandingan. Ini akan menjadi grup keras," katanya. (AP)
Mourinho: Milan Bisa Jungkalkan Inter

NYON, KOMPAS.com - Pelatih Real Madrid Jose Mourinho berpendapat Inter Milan mesti mewaspadai perubahan besar yang dilakukan AC Milan. Ia yakin, dengan komposisi skuad yang dimiliki saat ini, "I Rosonerri" bisa menjungkalkan "La Beneamata" dalam perubatan scudetto.
Milan membuat kejutan yang luar biasa pada bursa transfer musim panas ini. Betapa tidak, hanya dalam waktu sepekan sebelum jendela transfer berakhir, Milan berhasil mendatangkan Zlatan Ibrahimovic dan Robinho.
"I Diavolo Rosso" mendatangkan Ibra dari Barcelona selama satu musim. Sementara Milan harus mengucurkan dana 15 juta euro atau sekitar Rp 209 miliar. Sejumlah kalangan menilai Milan akan semakin berbahaya dengan kedatangan dua pemain kelas dunia tersebut. Mourinho pun mengamininya.
"Lini depan yang diisi (Alexandre) Pato, (Zlatan) Ibrahimovic, Robinho, dan Ronaldinho adalah salah satu lini depan terkuat di dunia. Mereka adalah kandidat, kandidat kuat, pemenang kompetisi (Serie-A)," ungkap pelatih yang pernah membesut Inter selama dua musim.
Rais: Bebe Jelek? Itu Orang Gila

MANCHESTER, KOMPAS.com — Mantan Agen Bebe, Goncalo Rais, berang dengan keputusan Manchester United tidak mencantumkan namanya dalam daftar skuad. Baginya, Bebe merupakan pemain berkualitas yang bahkan bisa melebihi Nani.
"The Red Devils" berhasil mendapatkan penyerang berusia 20 tahun itu dengan harga 7 juta poundsterling dari Vitoria Guimaraes pada bursa transfer ini. Keputusan membeli Bebe cukup berani. Pasalnya, Pelatih Sir Alex Ferguson belum pernah melihat aksi penyerang asal Portugal itu secara langsung atau lewat video.
Tak ayal, keputusan tersebut sempat menuai kritik dari sejumlah kalangan. Mereka menilai MU telah melakukan kekeliruan membeli pemain yang kualitasnya tak jelas.
"Setan Merah" juga bahkan sepertinya menyesal karena Bebe tak masuk dalam rencana skuadnya. "Itu gila bahwa orang-orang mengatakan dia tidak cukup bagus untuk berada di bangku cadangan. Aku tahu kualitasnya. Suatu saat, ia akan berada di skuad inti. Hal itu tidak mudah, tetapi dia akan mendapatkan ruang," ungkap Rais.
Lebih lanjut, Rais mengatakan, Bebe akan bersinar selama di Old Trafford. Menurutnya, Bebe akan sejajar dengan para bintang MU.
"Dia memang tidak sebagus Ronaldo. Namun, dia lebih baik daripada Nani. Dia pemain yang rendah hati dan mau belajar. Dia akan merasa seperti anak bersama Ferguson. Suatu hari, dia akan meledak di lapangan," ujarnya.
Pirlo: Lupakan Scudetto, Inter!

MILAN, KOMPAS.com - Keberhasilan AC Milan mendatangkan Zlatan Ibrahimovic dan Robinho membuat Andrea Pirlo semakin optimistis akan prestasi klubnya pada musim ini. Ia yakin "I Rosonerri" mampu mengalahkan Inter Milan dalam perebutan scudetto.
Rivalitas antara Inter dan Milan menjadi satu-satunya persaingan tim sekota yang cukup sengit di Italia. Namun, dalam lima tahun terakhir, Milan terus terpuruk dengan keberhasilan Inter merajai Serie-A. Apalagi, keberhasilan "La Beneamata" merengkuh tiga gelar pada musim lalu membuat Andrea Pirlo dkk semakin dipandang sebelah mata.
Milan pun berusaha melakukan revolusi menyambut persaingan di musim ini. Hasilnya, mereka berhasil mendatangkan penyerang-penyerang berkualitas yaitu Zlatan Ibrahimovic dan Robinho hanya dalam waktu sepekan sebelum bursa transfer musim panas ditutup.
Keberhasilan manajemen memboyong kedua penyerang tersebut membuat Pirlo tak bisa menyembunyikan kebahagiannya. Ia yakin, dengan komposisi pemain yang ada saat ini, Milan mampu menghancurkan kekeuatan Inter di Serie-A.
"Silvio dekat dengan kami akhir-akhir ini dan dia telah memberikan kami dua hadiah. Gairahnya untuk klub telah kembali. Jarak dengan Inter kini telah tertutup. Dengan dua penyerang baru ini di tim, kami hanya butuh waktu sedikit agar keduanya mampu beradaptasi," jelas Pirlo kepada Napoli Magazine.
"Tetapi begitu mereka beradaptasi dan terbiasa dengan mekanisme tim, keempatnya bisa tampil bersamaan: Pato, Ibra, Ronaldinho dan Robinho," ujar Pirlo. (NM)
Menanti Permainan Seksi ala Rossoneri

pa jadinya jika empat penyerang superstar bermain bersamaan? AC Milan punya keinginan gede menyukseskan proyek ambisius tersebut.
Bukan Inter Milan yang menyabet Liga Champions, Serie A, dan Coppa Italia secara berturut-turut. Bukan Juventus yang kembali dipimpin trah Agnelli—keluarga oligarki pemilik Fiat. Milan yang mengentak bursa transfer pemain pertengahan 2010 dari negara semenanjung di Laut Tengah.
Menjelang hari-hari terakhir deadline transfer, Milan mengakuisisi Zlatan Ibrahimovic yang dipinjam dari Barcelona dengan opsi kepemilikan penuh medio tahun depan (Baca: Milan Resmi Pinjam Ibrahimovic). Lebih telat lagi, Milan merangkul Robinho yang dibeli dari Manchester City (Baca: Rossoneri Resmi Akuisisi Robinho).
Kedatangan Ibrahimovic dan Robinho menyingkirkan Klaas-Jan Huntelaar dan Marco Borriello. Adriano Galliani, Wakil Presiden Milan, mendapat sanjungan. Otak encer dan gerak langkah pria berkepala plontos ini dianggap tetap lugas dalam lobi-melobi. Tapi bukan Galliani topiknya, melainkan potensi daya terjang Milan.
Pasalnya di Milan masih bercokol Ronaldinho dan Alexandre Pato. Empat penyerang kelas wahid berkumpul, Ibra pun gregetan. “Saya seorang juara dan selalu mendapatkan sukses. Saya memenangkan gelar bersama Inter (Milan) dan akan demikian juga bersama Milan,” tukasnya. “Siapa pun di jalanku akan saya terjang.”
Pertanyaannya, mampukah skenario penuh cita rasa ini diwujudkan secara nyata? Proyek ambisius ini datangnya dari sang patron Silvio Berlusconi. Keinginan sang Perdana Menteri Italia itu begitu kuat untuk mengumpulkan bintang-bintang top. Bisakah pelatih Rossoneri Massimiliano Allegri memadukan keempatnya?
“Pastinya iya,” respon Allegri yang siap menerima tantangan tersebut. “Tetapi tentunya dengan keseimbangan yang tepat. Sangat mungkin.” Kita tunggu saja?(DIM/La Gazzetta dello Sport)
Subscribe to:
Posts (Atom)