TEXT SIZE :
Kukuh Setiawan - Koran SI
SURABAYA – Kendati telah mempunyai Gelora Bung Tomo yang berstandar internasional, namun Persebaya Surabaya tampaknya masih menyayangi Gelora 10 November, Tambaksari.
Malah masih ada keraguan untuk boyongan ke Gelora Bung Tomo. Diakui Ketua Umum Persebaya Saleh Ismail Mukadar, pihaknya masih ragu-ragu meninggalkan Gelora 10 Nopember. Alasannya, stadion berkapasitas sekitar 35.000 penonton tersebut mempunyai sisi historis yang tak ternilai.
Persebaya merebut dua gelar Divisi Utama dan melahirkan pesepakbola ternama di stadion di kawasan Tambaksari tersebut. Selain itu, kata Saleh, Gelora 10 Nopember sudah melekat dan seakan sudah jadi trade mark tim Persebaya Surabaya.
Walaupun lokasinya sudah tak representative karena di tengah kota yang padat, namun Gelora 10 Nopember relatif lebih mudah dijangkau. Beda dengan Gelora Bung Tomo yang terletak di barat Surabaya dan aksesnya belum sempurna.
“Sayang sekali kalau meninggalkan Gelora Tambaksari. Itu bisa disiasati kok, agar kita tidak langsung melupakan Gelora 10 Nopember begitu saja,” ungkap Saleh. Salah satu cara adalah mendaftarkan dua stadion sekaligus sebagai venue.
Soal pemakaian, bisa ditentukan melalui animo penonton. Dicontohkan saat Persebaya melawan tim bergengsi di kandang dan diperkirakan menyedot banyak penonton, maka bisa dialihkan ke Gelora Bung Tomo. Kendati begitu, dari sisi perkembangan ke depan, diakui Saleh Gelora Bung Tomo lebih menjanjikan.
Hanya saja, yang disayangkan, proses perpindahan kandang Persebaya tidak dibarengi dengan prestasi. Saat Gelora Bung Tomo sudah jadi dan diresmikan, justru tim kesayangan Bonek kejeblos ke Divisi Utama alias degradasi.
Sementara, pelatih Persebaya Aji Santoso juga merasakan sisi historis yang kuat di Gelora 10 Nopember. Bagaimana tidak, pelatih asal Malang ini pernah mencicipi gelar juara Divisi Utama bersama Persebaya di stadion tersebut.
“Sisi sejarah memang kuat. Saya pernah juara di sana (Gelora 10 Nopember). Tapi kalau kita melihat perkembangan kota maupun perkembangan dunia sepakbola ke depan, tampaknya memang harus pindah. Gelora Bung Tomo mempunyai fasilitas yang jauh lebih memadai,” tutur Aji.
Diyakini, roh dari kandang sendiri masih tetap terjaga selama supporter masih datang ke stadion. Kendati bertanding di Gelora Bung Tomo yang jaraknya jauh di luar kota, Aji yakin Bonek masih fanatik mendukung timnya. “Kecuali kalau tidak ada supporter yang datang, baru berpikir ulang untuk pindah,” tandasnya.
Gelora Bung Tomo yang pernah dijadikan venue Charity Game Garuda Merah Vs Garuda Putih, berada di kawasan Benowo dan berdekatan dengan wilayah Gresik. Secara fasilitas dan kenyamanan, stadion yang masuk kompleks Surabaya Sport Centre (SSC) ini jauh lebih baik ketimbang Gelora 10 Nopember.
Sayang akses menuju ke Gelora Bung Tomo belum maksimal atau sempit. Kondisi stadion yang dibangun dengan dana Rp440 miliar itu hampir sama dengan Stadion Kanjuruhan Malang yang jauh di luar kota. Nyatanya, bagi supporter, jaraknya sama sekali bukanlah sebuah masalah.
(hmr
Berita unik, all about ac milan, all about United, Musik, Humor, kesehatan,Life Style, Moto gp, religi, video, Movie DLL
Labels
- LIFE STYLE (6)
- MUSIK (299)
- all about ac milan (178)
- all about man united (198)
- cerpen (2)
- edukasi (8)
- flora fauna (3)
- game (1)
- green world (1)
- hukum (2)
- humor (34)
- indonesia (18)
- internasional (10)
- jagat unik (2)
- kesehatan (43)
- manajemen qolbu (13)
- motogp (5)
- movie (55)
- musik religi (5)
- nusik religi (2)
- olahraga (2)
- otomotif (20)
- pernik (2)
- puisiku (40)
- religi (97)
- sains (3)
- sejarah (28)
- sepakbola (79)
- tekno (10)
- telekomonikasi (15)
- video (265)
- विडियो tausiya (14)
Tuesday, September 7, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment